Pages

5.30.2011

Monolog Cermin


 ...
Awalnya...

Biar saja orang bicara apa.
Aku tetap merasakannya.
Biar saja orang bicara lain.
Aku tetap percaya padamu.

Akhirnya?

Setiap kali.
Aku percaya,
Kemudian merana.
Setiap kali aku meyakinkan hati,
Malah sakit hati.

Baru sadar,
Kalau aku ini lebih bodoh darimu.
Karna aku tertipu orang yang kusumpah serapah jadi bodoh...doh...doh...

,,,

5.28.2011

Kala.



Kala masa lalu terungkap.

Aku tak lagi mampu mengucap.

Terseraklah semua dusta yang pernah dibuat.

Terseok-seok meminta maaf pun tak lagi dapat kulakukan.



Hanya mampu merintih sendiri dalam harap.

Mengharap masih ada sedikit sedimen kesempatan untuk kembali.



Maaf,

Jika ini adalah sebuah luka.

5.27.2011

Rasaku Kini.


Aku hanya tau cara memimpikanmu.
Menghayalkanmu.
dan mengharapkanmu.

Luka yang kubuat sendiri begitu nyata, hingga terflokulasi menjadi perih.

Andai saja kutau sesempit itu porus hatimu, tak ingin kuniatkan untuk bersama.
Bila saja harap itu jadi nyata, tentu luka ini tak kan mampu menjadi sedimentasi sesal.

Aku hanya perlu berfikir sebentar.
Bahwa apa yang kurasa tak hanya kosolvensi mimpi buruk.
Bahwa inilah.
kau bukan untukku.

5.21.2011

'Masih'


Sepertinya aku tergila pada kata 'masih',
Layaknya padamu.

Masihkah saja?
Masihkah harus?
Masihkah???

Seakan terlupa batas,
nyata,
dan
pinta...
Aku 'masih' saja seperti ini.
Mencoba peruntungan akan takdir.

Masih...