One step at a time
One hope then another
Who knows where this road may go. Back to who I was. On to find my future. Things my heart still needs to know...
Tanpa kusadari dan kuperdulikan, banyak orang yang memijakkan harapannya didepan rumahku. Pagi, siang, sore, sampai malam menyergap. Mereka bergantian selalu setia menemani jalan depan rumahku dengan meneriakkan dagangannya atau memukul sesuatu untuk menandakan kehadiran mereka. Dengan harapan ada orang yang memanggilnya agar supaya mereka dapat pulang kerumah lebih cepat... Supaya mereka bisa melihat keluarganya bahagia dengan hasil keringat yang mereka bawa...
Apakah hidup mereka sulit? Aku pastikan ya, tapi mereka tidak hanya merasakannya, mereka bergerak untuk memperoleh rupiah demi rupiah yang sekarang semakin langka karena keserakahan antek-antek setan berwujud manusia, yang sedang larut dalam kamuflase nyamannya harta dan tahta yang disalahgunakan... Mereka sadar, bahwa harapan bukan hanya untuk dirasakan keberadaannya, namun juga untuk diperlakukan sebagai kenyataan, oleh karena itulah mereka bekerja...
Lihatlah... mereka tidak malu berteriak “sayur...!” atau “rujak...!”, karna teriakkan itu adalah pekikan harapan hidup mereka... Mereka tidak takut siang yang terik dan malam yang mencekam, karna siang dan malamlah yang menjadi saksi genggaman harapan mereka. Pun mereka berusaha tidak marah saat sang pembeli memarahi atau mengeluhkan pelayanan mereka, karna mereka tahu pembeli adalah raja, walaupun dunia lebih tau kalau tidak ada raja yang akan membeli dagangan mereka.
Tuhan...
Nikmat mana yang kudustakan...???
Tak pernah aku berteriak lantang menyebutkan “sayurr..!” atau “rujak...!”, pun berjuang mempertahankan harga untuk memekikkan harapanku...
Tak pernah aku harus kepanasan dibawah teriknya matahari, pun kedinginan dikala malam datang untuk menggenggam harapanku...
Sampai hari ini, saat aku baru menyadari itu semua...
Sadar bahwa banyak orang yang kulihat berjalan melewati rumahku setiap hari...
Bukan hanya untuk berteriak sia-sia, melainkan untuk menjemput rizkimu...
Sadar bahwa aku pun harus memulai mewujudkan harapanku...
Walau tak sekuat dan seteguh mereka, akan kumulai dari sini, dari tulisan ini...
Bismillahirrahmanirrahim...
Ditulis untuk mereka, para pemekik dan penggenggam harapan...
-Terimakasih telah bersuara lantang untuk menggetarkkan harapanku-
Dinamakan Anastasia sama orangtua, tapi lebih memilih dipanggil Anya ketimbang Anas. It's OK kalo emang nggak nyambung. Nama Anya sendiri awalnya cuma buat lucu-lucuan aja waktu SMP, ehhh malah jadi keterusan, dan beberapa tahun kemudian barulah saya teringat pada film yang berjudul sama dengan nama saya, Anastasia, dan barulah saya sadar kalo si 'Anastasia' difilm itu juga memiliki nama lain, yaitu Anya. Bukan kebetulan, melainkan takdir, dan saya suka takdir itu.:-P. Yang jadi pertanyaan, dimana si Dimitri ya...?Hehe