Pages

8.21.2011

Papercraft



Jadi teringat, waktu lagi seneng-senengnya menggeluti bidang papercraft. Mungkin udah banyak yang tau tentang seni melipat kertas ini. Pada dasarnya hampir sama dengan origami, cuma... kalo papercraft itu 3 dimensi, jadi lebih 'idup' diliatnya. Bikinnya juga cukup memakan waktu, selain tinta printer juga tentunya. Papercraft itu sendiri berasal dari Jepang, sama seperti origami. Seni ini terbilang cukup ekonomis, hanya membutuhkan kertas, tinta printer, lem, dan kalau diperlukan buat melipat lipatan yang kecil bisa menggunakan tusuk gigi. Untuk pemula seperti saya, pastinya membutuhkan sketsa dulu, yang dapat banyak diunduh dari sini . Banyak banget macemnya, dari yang mudah ampe yang susah banget. Saya sendiri lebih suka bikin yang lucu-lucu, yang penting mudah. Hehehe...  Kalo udah expert banget, bisa jadi creator, nyiptain bentuk apa aja, cuma saya masih belom bisa mendalami nih, secara belum ada kemauan juga. Hehehehe... Beberapa karya yang udah berhasil saya buat (3 doang yang berhasil diabadikan, yang lainnya keburu dimusnahkan sama mama. Huhuhuhu) :




Memang seni ini kurang efisien kalo hanya dibuat begitu saja, ujung-ujungnya cuma buat jadi pajangan yang jadi tempat debu arisan. Saran saya, setelah membuat karya seni ini (ciaelahhh), lebih baik diletakkan didalam kotak kaca atau sejenisnya untuk melindungi dari debu. Seni Papercraft ini menurut saya bagus banget kalo buat hadiah untuk orang tersayang, nggak cuma buat kado ulang tahun, tapi juga buat momen berharga lainnya, seperti Graduation, Pernikahan, atau cuma sekedar sebagai kenang-kenangan. Proses membuatnya memang membutuhkan kesabaran dan waktu, tapi setelah jadi, dijamin, yang dapet kado papercraft ini, terharu deh! secara bikinan sendiri gitu... hehehehe...

Oh iya, masih ada link lainnya yang bisa jadi inspirasi, contohnya aja

8.20.2011

Gemini.





Katakanlah aku mencintaimu.
Masihkah bisa kita berdua terduduk tenang ditengah pusaran malapetaka ini?
Dengan tanpa menyalahkan satu sama lain?

Katakanlah kau mencintaiku.
Masihkah bisa kita saling melihat satu sama lain ditengah kekejaman dunia yang siap menghancurkan kita?
Dengan tanpa membunuh satu sama lain?

Katakanlah kita saling mencintai.
Masihkah bisa kita menenggelamkan diri dalam kenyataan bahwa baik aku maupun kamu memang jelas tidak sempurna?
Dengan tanpa memaksakan kemampuan untuk menghadirkan diri sendiri muncul?

Katakanlah…
Aku
Dan
Kamu


Tidak sedang saling mencintai.

Karena aku dan kamu,
Ditakdirkan untuk menjadi seperti ini.
Sebagai dua manusia yang saling berbagi cinta.
Tapi,
Bukan sebagai pasangan kekasih.

Inilah takdir kita sebagai seorang yang ‘sama’.

8.19.2011

Takdir ?



 Jika,
Hidup yang kau jalankan terlalu membisukan keinginanmu,
Aku dengar.

Jika,
Beban yang kau pikul begitu meruntuhkan bagimu,
Aku rasa.

Jika,
Dunia yang kau hadapi terlalu membunuhmu,
Aku lihat.

Tanpa kau berteriak, meratap, ataupun menangis,
Aku sadar.

Karna itu,
Kau memiliki aku,
Untuk membuatmu lebih kuat.
dengan penerimaan sakit yang begitu egois,
pun pemasrahan luka yang begitu mendalam.

Sesalilah keadaanku.
Bukan diriku.
Karna sayangnya,hanya ada kita dalam lingkaran setan ini.
Ya, ?

Repetisi Asa, untukmu...


Pagi hari di 19 Agustus 2011,


Kalau saja masa lalu itu tak pernah ada,
Mungkin kau masih disini.
Mungkin saja tidak.

Kalau saja masa lalu itu tak berani hadir,
Mungkin aku tidak akan pernah serindu ini.
Mungkin saja tidak.

Kalau saja masa lalu itu tak mampu datang,
Mungkin kita tak akan berjarak sejauh ini.
Mungkin saja tidak.

Aku masih disini.
Menunggu keajaiban doa itu tiba.
Untuk melihat sisa hidup kita.
Bersama,
dengan revolusi cerita kita.
Tidak saja mungkin, bukan?

With Love,

Keyboard Dalam Cerita Kita.




Aku ingin terus menarikan jemariku pada benda mati ini.

Karna,
dunia begitu indah saat kusendiri.
Membayangkan tentang kita.
Dalam sebuah ruang cerita,
Tanpa perlu ada yang terluka.
Seperti saat-saat kemarin.

Aku ingin terus menarikan jemariku pada benda mati ini.
Bila,
kau masih ingin terus ada.
Mengharmoniskan relevansi akan kita.
Tanpa perlu mengkhawatirkan luka.
Seperti saat-saat sebelum ini.

Aku ingin terus menarikan jemariku pada benda mati ini.

Sampai kata mati oleh rasa.

Relevansi.



Aku.
Penghayal ragamu.
Penikmat rupamu.

Tanpa bisa meraba-raba,
Seperti apa hatimu.

Masih sebentuk ruang kosongkah?
Atau kini telah terdapat ruang milik seseorang disana?
Hfffttt... aku tak akan pernah tau.



Kamu.
Yang setiap waktu menjelajahi,
Berlari,
kemudian berhenti.
Tepat disini,
Hati.

Tanpa kutau,
Bahwa ternyata akhirnya bukan kamu,
melainkan sesosok fatamorgana mewujudkan bayanganmu atas imajiku.


Kita.
Teruskah selalu begini?
Aku yang selalu diam menanti,
dan Kamu yang selalu berlari mencari.
Tanpa pernah tau,
Apakah akhirnya pertemuan,
atau hanya sekedar perlintasan.


Aku, Kamu, dengan Dunia.




Jika saja bukan karena kerinduan ini,
Aku pasti sudah jauh entah kemana.

Jika saja bukan karena keterpautan ini,
Kamu pasti sudah tak disini sekarang.

Jika saja bukan karena kebersamaan ini,
Kita pasti tak saling memiliki diwaktu ini.

Jangan berjanji untukku,
Karena baik aku ataupun kamu tak pernah tau,
Jikalau dunia memang tak pernah henti mempermainkan kita yang ingin bersama.

Cukup yakin dan berusahalah,
Kalau dunia tak akan cukup mampu menghadirkan perpisahan dengan seluruh keegoisannya.

Berpeganglah pada kenangan yang selalu kita buat,
Jangan lepaskan sekalipun sebentar.
Karena baik aku ataupun kamu,
Tak pernah tau kapan kenangan itu akan melepaskan dirinya sendiri,
dari aku dan kamu.

"Tak ada yang akan bisa selalu bersama, namun biarkan ketiadaan itu hanya datang setelah ruh terlepas dari raga"

8.18.2011

Ungkap.

"Dengan mudahnya aku merajut kata.
tapi tidak untuk menadakannya"


Aku memang pengecut !

Menyembunyikan ego dibalik ketikan jemari pada sebuah benda mati.

Karena itu,
Aku tak mampu menahannya pergi.
pun menghapuskan masa lalu yang selalu saja mengkaitkan dirinya denganku.

Mengkisahkan lewat deretan kata itu lebih mudah untukku,
dibandingkan dengan melagukannya.

Karena itu,
Biarkan aku mengetikkan pikiranku ini.

Karena itu,
jangan paksa aku untuk berbicara.

Aku mohon...

Aku tak mau kehilanganmu, nyonya...

Serapah si Patah Hati




ucap cinta
seakan-akan tak akan pernah ada luka yang disimpan.

ucap rindu
seolah-olah tak ada yang sudah mengendap-endap dibalik dusta.

ucap setia
seperti tak memiliki kekosongan dibalik janji.


Masihkah harus terus begitu?


Matilah saja dengan luka-luka yang kau torehkan !

Gyeogja




Kalau bukan kamu,
Lalu siapa lagi?
Siapa yang terus hadir dibenakku saat mimpi indah tentang kesetiaan memelukku erat ?

Kalau bukan kamu,
Lalu bisa siapa?
Siapa yang mampu menghadap begitu cepat ke pikiranku saat kepastian janji menuntut ?

Kalau bukan kamu,
Lalu harus siapa?
Siapa yang pantas memenuhi panggilan kerinduan yang tak jua berhenti ?

Katakan,

Haruskah bukan kamu

Not The One Yet.



Aku mencintaimu, . . .
Harus ku panggil dengan sebutan apa kau?

Sayang?
Cinta?
Honey?

Tidak.

Bukan.

Hmm... Hmm... Hmm...

Argghhhh!
Aku menghabiskan terlalu banyak karakter dalam ketikan jemariku pada papan kunci ini.

Tuh kan...

Sudahlah.
Cukup memanggilmu dengan namamu saja ya...?

Heyy,,, sebentar...
Aku kan belum tau namamu 


Siapa namamu, wahai pendamping hidupku...?

Dengki.


Hentikan disini saja.

Aku lebih memilih diam dibanding memaki.

Aku lebih memilih tak berwajah dibanding menekuk wajah cantikku ini.

Kau memang tak akan mengerti tentang perasaan tak menentu ini.

Tentang apa yang kurasa.

bahwa aku MUAK !

Hentikan,
cukup sampai disini saja.