Pages

3.31.2013

De Javu



Perlu, kemudian bergerak.
Butuh, kemudian melakukan.

Jika tidak?
Bisanya hanya diam.
Tidur.
Mematisurikan diri.
Parahnya, meminta keadaan baik-baik saja.

Punya otak kan? Tolong digunakan.

Meracau

Karna kau bosan mendengar keluhanku.
Aku diam.

Karna kau tak lagi mau menerima pendapatku.
Aku diam.

Aku sebenarnya tak suka diam.
Karena kau benci 'suara'ku,
Aku diam.

Karena apa yang aku tidak suka lakukan pun, aku lakukan, baiknya kau juga diam.
Jangan berkicau! Berisik!

Sampah ?




Tak perlu dengarkan. Aku pun tak lagi ingin didengarkan.
Toh aku sudah bosan dengan seluruh pernyataan tentang betapa buruknya sikapku dimatamu.
Iri?
Mungkin. Aku tak tau pasti. Karena aku memang belum pernah berdiri ditempatmu.
Yang bisa kupastikan, aku jijik melihatnya.
Jika memang bisa menyenangkan, silahkan.
Tapi jangan disini.
Aku muak!

3.29.2013

Sssst!



Ada kalanya harus diam.
Saat keadaan tak bersamamu.
Saat dunia menghalaumu.
dan saat kau menyadari bahwa mereka benar.

Ada kalanya harus mengerti.
Tentang kepura-puraan yang terlihat.
Tentang kehancuran yang terungkap.
dan tentang penyesalan yang tersingkap.

Ada kalanya harus berhenti.
Ketika yang telah dilakukan ternyata salah.
Ketika yang dikorbankan hanyalah sebuah bagian kecil yang tak berarti.
dan ketika yang dihadapi (ternyata) tidak seperti harapan.

Dia sedang melakukan itu.
Karenanya, tolong diam.
Hanya diam, tidak perlu dimengerti.

3.22.2013

Kamu




Aku belajar diam.
Bukan sebuah kemarahan,
Apalagi sebuah pembalasan.

Aku belajar diam.
Karena perubahan adalah mutlak.
Terlebih manusia yang sedang belajar.

Ya,
Aku memang sedang lelah.
Selalu mengeluh,
Bahkan sampai bosan...

Lalu,
Aku memilih untuk belajar diam.
Menghadapi keadaan.
Menghadapi keberadaan.

Jadi,
Tolong tetap disana.
Karena kau tau.
Aku lebih lelah tanpamu.

3.20.2013

Dia.



Belajar.
Diam.
Mengerti.
Menyimpan.
Sendiri.

Tidak mudah, tapi bukan tidak mungkin.

Seharusnya titik yang tertoreh diakhir kalimat ini, bukan koma.

3.15.2013

To Day

Ketika Tuhan menguraikan kejujuran dengan begitu menyakitkan, setidaknya Tuhan tidak pernah membohongimu dengan 'janji manis'. Lain halnya dengan 'mereka'.

Ketika Tuhan membuka matamu tentang siapa mereka sebenarnya dengan jalan yang menyedihkanmu, setidaknya Tuhan tidak pernah membahagiakanmu dengan keadaan palsu. Lain halnya dengan 'mereka'.

Ketika Tuhan membiarkanmu dalam kesendirian yang sangat menyiksa, setidaknya Tuhan tidak pernah meninggalkanmu, sekalipun kau pernah mengkhianati-Nya. Lain halnya dengan 'mereka'.

Tuhan Maha Mengetahui untuk siapa 'mereka' ditujukan, dan untuk apa 'mereka' diciptakan.

3.14.2013

Retorika Realitas



Perubahan.
Apa yang lebih nyata dari perubahan?
Menjadi baik ketika keadaan sekitar menguntungkan.
Menjadi buruk ketika sekeliling tak berarti.
Apa lagi yang lebih menyakitkan dari perubahan?
Ketika mata tak lagi bisa melihat.
Mulut tak lagi bisa bicara.
Telinga tak lagi bisa mendengar.
Hidung tak lagi bisa mencium.
Kulit tak lagi bisa meraba.
Dan parahnya, perasaan tak lagi bisa ‘merasa’.
Ada yang lebih mengerikan dari itu semua?

Saat kau berkata Tuhan Maha Adil, bukankah detik itu juga kau sedang mencoba menenangkan keadaanmu ditengah ketidakadilan?
Saat kau mencoba melihat sisi terang dari sulitnya hidupmu, bukankah saat itu juga kau sedang merasa bahwa kau sedang berada dititik nadirmu?

Sebenarnya,
Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

3.12.2013

Ocehan Tentang Mimpi


Kita sama-sama bermimpi.
Tentang suatu hal.
Tentang asa yang harus menjadi nyata secepatnya.

Kita sama-sama bermimpi.
Tentang masa depan.
Tentang kata yang terus menjadi doa.

Biar dunia menertawakan dan mencemooh.
Aku dengan mimpiku.
Kau dengan mimpimu.
Tidak ada dunia disana.
Jadi, buat apa memperdulikan dunia?