Pages

1.26.2013

'sense'


Seperti mulut yang bicara pada benda mati.
Seperti mata yang melihat sisi yang tak terlihat.
Seperti telinga yang mendengar suara dari kejauhan.
Seperti hidung yang mengendus aroma air.
Seperti kulit yang menyentuh gemuruh angin.

Bukan percuma. Bukan juga sia-sia.
Hanya butuh hati yang merasa lebih peka.
Itu yang aku tak mampu saat ini.

Mengerikan.


1.24.2013

Miss(ing) you.


Tiba-tiba.
Rindu begitu saja menyergap.
Menyekap ruang hati yang dulu tak bergeming saat kau masih berdiri tegar dihadapanku.

Tiba-tiba.
Kembali teringat romantisme kita berdua.
Menunggu kereta dengan secangkir kopi ditepian kota Bogor.

Aku rindu. Ya, sangat rindu.
Padamu. Pada perjalanan kita. Pada cintamu padaku.

Tak pernah kuberharap masa itu kembali lagi.
Tak ingin aku menguak masa lalu kita yang menyedihkan itu.
Pun, tak ingin kembali membangun cerita baru diatas kata rindu.

“Karena, betapapun buruknya cerita cinta kita, tetap saja rindu setia singgah dan menetap. tak terkendali.

Kicauan Realita


Ternyata.
Masih banyak luka diluar sana.
Luka yang selalu dikoarkan, mengharap simpati pada manusia.
Percuma! Hanya Tuhan yang benar-benar mendengar.

Biar menangis sampai lelah pun tak akan yang ada benar-benar mengerti.
Baik aku, kau, maupun mereka.
Sama sama memiliki kemampuan mengiba diatas bahagia.

Oleh karenanya,
Jangan percaya padaku ataupun mereka.

Tuhan saja yang kau percaya.