Pages

12.23.2013

Almost six years, sir |

Terlalu riuh dengan kerinduan.
Terlalu sepi dengan hadirmu.

hampir enam tahun seperti itu,tuan :(

10.30.2013

kesekian kalinya~

Selalu.
Mengurai kenangan.
Di tempat itu.

Selalu.
Kembali.
Ke tempat itu.
Hanya untuk memandang lirih keberadaan kita beberapa tahun yang lalu.

Aku merindukanmu.
Selalu.

Baikkah kau disana?

8.06.2013

Romansa

Berbicara meninggi.
Membenarkan diri satu sama lain.
Memenangkan argumen pribadi.

Benci.
Amarah.
(mungkin) dendam.

Akhirnya,
menyerah pada kata 'cinta'.
Memang seperti itu kan cinta?
Diciptakan untuk mengatasi hal-hal seperti ini.

Aku,
ataupun kamu
Benarkah pernah saling jatuh cinta?
Meragukan.
Ah! sudahlah!

Seperti katamu,
"Mencintai seseorang hanya menambah kemelekatan dan pada akhirnya setiap orang akan bepisah dan yang ada hanya kesedihan"

Anastasia Salam.

4.21.2013

Penting untuk menjadi orang yang bisa dipercaya.

Tapi, sungguh tidak penting memercayakan seseorang (kecuali dalam hal pekerjaan tentunya).
Sebelum rusak, seharunya benar-benar tak usah diberikan.

Damn It!

4.14.2013

" "


Aku rindu.
Sampai bosan.
Kemudian rindu lagi.
Sampai rasanya airmata tak lagi mampu menggantikan kerinduan.
Seperti biasanya.

Bermimpi lagi.
Tentang pertemuan kita.
Tentang pelepasan kerinduan.
Tentang jawaban atas realita semenjak lima tahun yang lalu.

Bisakah?
Memelukmu?
Bersandar di pundakmu?
Atau hanya sekedar meminta kekuatan dari tajamnya tatapanmu.

Aku merindukanmu...
Sungguh.
Haarus berapa banyak lagi kata yang kuutarakan?
Berapa banyak lagi waktu yang kulalui?
Berapa banyak lagi mimpi yang tinggal jadi asa?

Rindu.

4.09.2013

Cerita hari ini.


Ada saatnya harus diam.
Ketika asa tak menjadi nyata.
Ketika pinta tak menjadi realita.

Ada saatnya harus berubah.
Ketika mereka bosan mendengarmu,
melihatmu,
dan menyadarimu.

Ada saatnya lelah itu datang.
Ketika kata menjadi sunyi.
Ketika pandangan menjadi gelap.
dan Ketika kebenaran menjadi bahan tertawaan.

Kali ini, aku ingin memelukmu.
Bersandar pada tegapnya bahumu.
dan mengeluh,
'aku lelah'

3.31.2013

De Javu



Perlu, kemudian bergerak.
Butuh, kemudian melakukan.

Jika tidak?
Bisanya hanya diam.
Tidur.
Mematisurikan diri.
Parahnya, meminta keadaan baik-baik saja.

Punya otak kan? Tolong digunakan.

Meracau

Karna kau bosan mendengar keluhanku.
Aku diam.

Karna kau tak lagi mau menerima pendapatku.
Aku diam.

Aku sebenarnya tak suka diam.
Karena kau benci 'suara'ku,
Aku diam.

Karena apa yang aku tidak suka lakukan pun, aku lakukan, baiknya kau juga diam.
Jangan berkicau! Berisik!

Sampah ?




Tak perlu dengarkan. Aku pun tak lagi ingin didengarkan.
Toh aku sudah bosan dengan seluruh pernyataan tentang betapa buruknya sikapku dimatamu.
Iri?
Mungkin. Aku tak tau pasti. Karena aku memang belum pernah berdiri ditempatmu.
Yang bisa kupastikan, aku jijik melihatnya.
Jika memang bisa menyenangkan, silahkan.
Tapi jangan disini.
Aku muak!

3.29.2013

Sssst!



Ada kalanya harus diam.
Saat keadaan tak bersamamu.
Saat dunia menghalaumu.
dan saat kau menyadari bahwa mereka benar.

Ada kalanya harus mengerti.
Tentang kepura-puraan yang terlihat.
Tentang kehancuran yang terungkap.
dan tentang penyesalan yang tersingkap.

Ada kalanya harus berhenti.
Ketika yang telah dilakukan ternyata salah.
Ketika yang dikorbankan hanyalah sebuah bagian kecil yang tak berarti.
dan ketika yang dihadapi (ternyata) tidak seperti harapan.

Dia sedang melakukan itu.
Karenanya, tolong diam.
Hanya diam, tidak perlu dimengerti.

3.22.2013

Kamu




Aku belajar diam.
Bukan sebuah kemarahan,
Apalagi sebuah pembalasan.

Aku belajar diam.
Karena perubahan adalah mutlak.
Terlebih manusia yang sedang belajar.

Ya,
Aku memang sedang lelah.
Selalu mengeluh,
Bahkan sampai bosan...

Lalu,
Aku memilih untuk belajar diam.
Menghadapi keadaan.
Menghadapi keberadaan.

Jadi,
Tolong tetap disana.
Karena kau tau.
Aku lebih lelah tanpamu.

3.20.2013

Dia.



Belajar.
Diam.
Mengerti.
Menyimpan.
Sendiri.

Tidak mudah, tapi bukan tidak mungkin.

Seharusnya titik yang tertoreh diakhir kalimat ini, bukan koma.

3.15.2013

To Day

Ketika Tuhan menguraikan kejujuran dengan begitu menyakitkan, setidaknya Tuhan tidak pernah membohongimu dengan 'janji manis'. Lain halnya dengan 'mereka'.

Ketika Tuhan membuka matamu tentang siapa mereka sebenarnya dengan jalan yang menyedihkanmu, setidaknya Tuhan tidak pernah membahagiakanmu dengan keadaan palsu. Lain halnya dengan 'mereka'.

Ketika Tuhan membiarkanmu dalam kesendirian yang sangat menyiksa, setidaknya Tuhan tidak pernah meninggalkanmu, sekalipun kau pernah mengkhianati-Nya. Lain halnya dengan 'mereka'.

Tuhan Maha Mengetahui untuk siapa 'mereka' ditujukan, dan untuk apa 'mereka' diciptakan.

3.14.2013

Retorika Realitas



Perubahan.
Apa yang lebih nyata dari perubahan?
Menjadi baik ketika keadaan sekitar menguntungkan.
Menjadi buruk ketika sekeliling tak berarti.
Apa lagi yang lebih menyakitkan dari perubahan?
Ketika mata tak lagi bisa melihat.
Mulut tak lagi bisa bicara.
Telinga tak lagi bisa mendengar.
Hidung tak lagi bisa mencium.
Kulit tak lagi bisa meraba.
Dan parahnya, perasaan tak lagi bisa ‘merasa’.
Ada yang lebih mengerikan dari itu semua?

Saat kau berkata Tuhan Maha Adil, bukankah detik itu juga kau sedang mencoba menenangkan keadaanmu ditengah ketidakadilan?
Saat kau mencoba melihat sisi terang dari sulitnya hidupmu, bukankah saat itu juga kau sedang merasa bahwa kau sedang berada dititik nadirmu?

Sebenarnya,
Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

3.12.2013

Ocehan Tentang Mimpi


Kita sama-sama bermimpi.
Tentang suatu hal.
Tentang asa yang harus menjadi nyata secepatnya.

Kita sama-sama bermimpi.
Tentang masa depan.
Tentang kata yang terus menjadi doa.

Biar dunia menertawakan dan mencemooh.
Aku dengan mimpiku.
Kau dengan mimpimu.
Tidak ada dunia disana.
Jadi, buat apa memperdulikan dunia? 

2.20.2013

Afraid.

Pelajaran hari ini.

"Agaknya bisa mengendalikan rasa takut itu lebih bijaksana daripada mengikuti ketakutan itu. Sulit, tapi bakalan ada akhir yang baik."

"untuk melakukan hal yang seharusnya bukanlah suatu pengorbanan. Pengorbanan itu memilih jalan yang lebih baik diantara yang baik"

"Menyalahkan keadaan cuma melimpahkan masalah dari diri sendiri ke masa lalu. sedangkan waktu terus jalan, gak mau balik apalagi nungguin. Agaknya mulai hari ini belajar, bukan hanya menerima keadaan, tapi membuatnya lebih baik."

"kata maaf sama sekali nggak lebih baik dari kata terimakasih. Lebih baik bersyukur daripada berbuat kesalahan (lagi)"


2.08.2013

aku dan kau (kita)


Sudah lima tahun ya?
Waktu yang cukup lama.
Rasanya hambar ya mengucapkan kata rindu diatas keadaan yang aku dan kau (kita) ciptakan.
Tapi memang seperti itulah hidupku lima tahun ini.
Hambar.
Setiap harinya kulalui dengan terus merindukanmu.
Tidak ada perbedaan.

Lima tahun ini,
Bagaimana ya hidupmu?
Lebih baikkah tanpaku didekatmu?
Lebih sempurnakah jiwamu tanpaku?
Aku harap tidak.
Karena jika ya, aku dan kau (kita) tidak sama.

Cepat kembali ya?

2.06.2013

lagi, tentangmu.

Pagi ini.
Masih saja merindukanmu.
Seperti pagi yang tak sabar menjadi malam,
Malam berganti pagi,
dan seterusnya...
tak berhenti sampai saatnya tiba.

Sudah selama ini ya aku terus begini.
Merindukanmu dari jarak yang kita ciptakan.
Haruskah terus berganti tahun dan aku tetap berteman memori?
Sedangkan aku letih karenanya.

Aku duapuluhdua tahun sekarang.
dan masih menuliskan kata rindu yang entah berapa banyak padamu sejak hari itu.
Aku duapuluhdua tahun sekarang.
dan masih tidak mampu mengucap kata 'aku merindukanmu'

2.02.2013

Tulisan malam

Tak terdefinisi.

Merasa sakit hati ditengah luka yang kubuat sendiri.
Merasa jatuh cinta ditengah patah hati yang kuciptakan sendiri.
Merasa rindu ditengah harapan yang kunistakan begitu saja.

Jelas. Ada perbedaan yang terpantul pada retina mata.
Tak terhindarkan.
Namun selalu saja membuatku kembali.

Sungguh. Tak terdefinisi.

2.01.2013

. . . . .

Selalu ada alasan mengapa tak harus kuungkap kebenaran yang ada dan malah mengumbar dusta.

Selalu ada penyesalan dibalik dusta itu, tapi agaknya dusta itu lebih baik untukku. Untuk tetap menahan apa yang seharusnya tetap berada dijalurnya.

Tidakkah terbaca?


Aku bermimpi tentangmu. Bukan dia.

Sekalipun percuma. 

1.26.2013

'sense'


Seperti mulut yang bicara pada benda mati.
Seperti mata yang melihat sisi yang tak terlihat.
Seperti telinga yang mendengar suara dari kejauhan.
Seperti hidung yang mengendus aroma air.
Seperti kulit yang menyentuh gemuruh angin.

Bukan percuma. Bukan juga sia-sia.
Hanya butuh hati yang merasa lebih peka.
Itu yang aku tak mampu saat ini.

Mengerikan.


1.24.2013

Miss(ing) you.


Tiba-tiba.
Rindu begitu saja menyergap.
Menyekap ruang hati yang dulu tak bergeming saat kau masih berdiri tegar dihadapanku.

Tiba-tiba.
Kembali teringat romantisme kita berdua.
Menunggu kereta dengan secangkir kopi ditepian kota Bogor.

Aku rindu. Ya, sangat rindu.
Padamu. Pada perjalanan kita. Pada cintamu padaku.

Tak pernah kuberharap masa itu kembali lagi.
Tak ingin aku menguak masa lalu kita yang menyedihkan itu.
Pun, tak ingin kembali membangun cerita baru diatas kata rindu.

“Karena, betapapun buruknya cerita cinta kita, tetap saja rindu setia singgah dan menetap. tak terkendali.

Kicauan Realita


Ternyata.
Masih banyak luka diluar sana.
Luka yang selalu dikoarkan, mengharap simpati pada manusia.
Percuma! Hanya Tuhan yang benar-benar mendengar.

Biar menangis sampai lelah pun tak akan yang ada benar-benar mengerti.
Baik aku, kau, maupun mereka.
Sama sama memiliki kemampuan mengiba diatas bahagia.

Oleh karenanya,
Jangan percaya padaku ataupun mereka.

Tuhan saja yang kau percaya.